Organisasi yang memerlukan audit hendaknya memiliki program audit yang berkontribusi terhadap ketetapan efektifivitas dari sistem manajemen yang dilakukan auditee. Program audit dapat mencakup satu atau lebih standar sistem manajemen, dan dapat dilakukan terpisah atau kombinasi. Manajemen puncak hendaknya memastikan tujuan program audit tersedia dan terdapat satu atau lebih personil yang kompeten untuk mengelola program audit. Ruang lingkup program audit hendaknya didasarkan pada ukuran dan kebiasaan dari organisasi yang diaudit, serta pada kebiasaan, fungsi, kompleksitas, dan level kematangan sistem manajemen yang diaudit. Prioritas hendaknya diberikan pada alokasi program audit yang membutuhkan sumber daya yang sifatnya signifikan pada sistem manajemen. Hal ini dapat mencakup karakteristik kunci dari kualitas produk atau bahaya terkait kesehatan dan keamanan, atau aspek lingkungan yang signifikan, dan kontrolnya. Konsep ini umumnya dikenal sebagai audit berbasis resiko.Standar internasional tidak memberikan panduan lebih jauh terkait hal ini.
Tujuan Program Audit
Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk :
1) Mengumpukan bahan bukti audit.
2) Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa.
Program tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit.
Program audit dirancang untuk menjadi pedoman bagi auditor mengenai mengenai:
a) Apa yang akan dilakukan.
b) Kapan akan dilakukan.
c) Bagaimana melakukannya.
d) Siapa yang akan melakukannya.
e) Berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan kontrol yang diterapkan. Dalam pekerjaan lapangan mereka mengumpulkan bahan bukti tentang efektivitas sistem kontrol, efisiensi operasi, pencapaian tujuan, dan dampak perusahaan.
Manfaat Program Audit
Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, yaitu:
1) Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang merupakan suatu rencana yang dapat dikomunikasikan baik kepada supervisor audit maupun kepada staf
2) Menjadi dasar penugasan auditor.
3) Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena memuat waktu audit yang dianggarkan.
4) Memungkinkan supervisor audit dan manajer membandingkan apa yang dikerjakan dengan apa yang direncanakan.
5) Membantu melatih staf-staf yang belum berpengalaman dalam tahap-tahap pelaksanaan audit.
6) Memberi ringkasan catatan pekerjaan yang dilakukan.
7) Membantu auditor pada audit selanjutnya untuk mengenal lebih dekat jenis yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan.
8) Mengurangi waktu supervisi langsung yang dibutuhkan.
9) Menjadi titik awal bagi penilai fungsi audit internal untuk mengevaluasi upaya audit yang telah dilakukan.
Kapan Sebaikanya Menyiapkan Program Audit
Auditor internal harus menyiapkan program audit segera setelah survey pendahuluan. Namun program audit yang disiapkan dengan baik pun bisa saja tidak memuat hal-hal penting yang tidak disadari auditor sampai mereka kemudian melakukan pekerjaan lapangan. Jadi semua program audit harus dianggap tentatif sampai audit diselesaikan. Tentu saja, semua perubahan audit membutuhkan pengesahan seperti halnya program audit awal.
Program pro forma yang digunakan pada audit berulang atas operasi yang sama, kadang-kadang berkembang selama periode beberapa tahun dan lambat laun diakomodasikan ke masalah yang dihadapi dalam pekerjaan lapangan. Program tersebut harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan atau situasi-situasi yang tidak biasa. Pada waktu yang lain, program tersebut bisa dikembangkan terlebih untuk mendapatkan informasi-informasi tertentu di banyak kawasan atau untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru.
Tanggung Jawab Audit
Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan penugasan audit. Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup :
a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.
b) Perolehan latar belakang informasi tentang aktivitas yang akan diaudit.
c) Penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit.
d) Komunikasi dengan orang-orang yang perlu mengetahui audit yang akan dilakukan.
e) Pelaksanaan, jika layak, survei lapangan untuk mengenal lebih dekat aktivitas dan kontrol yang akan dilakukan audit, untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan ditekankan dalam audit dan mengundang komentar dan saran dari klien.
Ruang Lingkup Audit
Program audit harus menunjukkan lingkup pekerjaan audit. Program tersebut harus memperjelas hal-hal apa yang akan tercakup dalam audit dan yang tidak. Tujuan audit seharusnya menuntun lingkup pekerjaan.
Menurut Standar the IIA, Auditor Internal yang professional bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi efektivitas system control internal organisasi dan kualitas kinerja dalam pelaksanaan tanggung jawab yang diemban.
Tujuan utama dari system control in ternal adalah untuk memastikan :
a) Keandalan dan integritas informasi.
b) Ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan regulasi.
c) Pengamanan aktiva.
d) Penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.
e) Pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk operasi dan program.
Ekonomisasi, Efektivitas dan Efisiensi
Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak terhadap ketatnya seleksi perusahaan yang bisa tetap bertahan atau memenangkan persaingan. Terjadinya pergeseran kekuasan pasar dari produsen kepada konsumen, menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk menentukan cara memenuhi kebutuhannya. Perusahaan sebagai penyedia barang dan jasa harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya untuk memberikan kepuasan kepada para pelanggannya. Kepuasan pelanggan sangat ditentukan oleh bagaimana perusahaan tersebut memaksimalkan nilai pelanggannya. Nilai pelanggan merupakan selisih antara manfaat yang dapat dinikmati pelanggan dengan apa yang dkorbannnya untuk memperolen manfaat tersebut. Jadi dengan demikian perusahaan yang mampu bersaing adalah perusahaan yang mampu menghasilkan manfaat yang diperoleh dari pengorbanan yang dilakukan oleh pelanggan.
Dua hal yang penting yang bisa dilakukan perusahaan untuk memaksimalkan nilai pelanggan adalah melalui :
1) Meningkatkan manfaat yang dapat dinikmati dengan pengorbanan yang sama dan/atau memperkecil pengorbanan pelanggan untuk memperoleh manfaat yang minimal sama.
2) Kedua-duanya sekaligus yaitu meningkatkan manfaat yang diperoleh dengan menurunkan pengorbanannya.
Peningkatan customer realization menuntut kemampuan perusahaan untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan kemampuan (daya guna) produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan memperkecil pengorbanan pelanggan menuntut perusahaan untuk mampu beroperasi secara ekonomis dan efisien. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan harus melibatkan aktivitas-aktivitas yang menambah nilai dalam operasinya. Pembahasan dalam bab ini lebih menekankan pada bagaimana perusahaan memperkecil pengorbanan pelanggan dalam meningkatkan customer value, karena hal ini lebih mudah dihubungkan dalam topic bab ini tentang bagaimana perusahaan memperbaiki berbagai kelemahan yang terjadi melalui meningkatkan efisiensi proses dalam operasinya dan efektivitas pencapaian tujuan.
Ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna) merupakan tiga hal penting yang tidak dapat dipisahkan yang harus dicapai perusahaan dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya. Operasi yang berjalan hemat dan berdaya guna tanpa mengabaikan pencapaian tujuan perusahaan (hasil guna) akan mampu menghasilkan produk dengan harga pokok yang relative lebih rendah dengan kualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produk yang dihasilkan dengan harga yang lebih rendah dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai pelanggan melalui pengorbanan yang lebih kecil, karena dalam hal ini perusahaan dapat menjual produknya dengan harga relative lebih rendah daripada harga pesaing tanpa mengganggu keuntungan yang diharapkan. Pembahasan mengenai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas akan lebih mudah dipahami jika dibahas dalam kerangka Input-Proses-Output.
Penanganan Pasien yang berisiko jatuh
Pada tahun 2000, total biaya kesehatan yang dihabiskan untuk kejadian jatuh yang fatal sebesar $0,2 miliar dan untuk kejadian cedera akibat jatuh non-fatal sebesar $19 miliar. Diperkirakan pada tahun 2020, biaya yang dikeluarkan untuk kejadian cedera akibat jatuh dapat mencapai $32,4 miliar. Pada tingkat rumah sakit, rerata tingkat insidensi tahunan sekitar 1,4 kejadian jatuh per-tempat tidur pertahunnya. Dengan memahami risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya; diharapkan dapat menurunkan biaya kesehatan yang dikeluarkan, serta meningkatkan klinis dan kepuasan pasien.
Siapapun yang bekerja di bidang kesehatan termasuk dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya yang terlibat dalam perawatan pasien risiko jatuh (seperti konsultan medis, fisioterapis, tim transfer, sukarelawan, dan staf administrasi). Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menangani pasien jatuh diantaranya adalah : Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh, optimalisasi penggunaan asesmen jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh, membandingkan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik jatuh, mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta menurunkan biaya kesehatan, memahami kunci keberhasilan Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya dan memperoleh sumber daya dalam mengembangkan dan meningkatkan Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkankesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, anatar lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,mencegah masalah-msalah kesehatan, dan mengembangkan upayakesehatan bersumberdaya masyarakat, melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasana kesehatan.
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RS serta pemeliharaan lingkungan RS dan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan Rumah sakit. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan memberikan informasi medis yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada setiap pasien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan cara menyediakan informasi yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti rencana promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis, rencana rehabilitatif dan rencana preventif.
Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesahatan di Rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang terdiri dari:
· Petugas
· Pasien
· Keluarga pasien
· Pengunjung
· Masyarakat yang tinggal/ berada di sekitar rumah sakit
Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di RS. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa didalam gedung, terdapat peluang-peluang:
· Di ruang pendaftaran/adminsitrasi, yaitu di ruang dimana pasien/klien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.
· PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien,yaitu di poliklinik-poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam dan lain-lain.
· PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat darurat, rawat intensif dan rawat inap.
· PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.
· PKRS dalam pelayanan bagi klien (Orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
· PKRS di ruang Pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harsu menyelesaikan pembayaranrawat inap, sebelum meninggalkan RS.
Promosi kesehatan oleh TIM PKRS dalam pelayanan-pelayanan diatas ditangani oleh unit unit TIM PKRS.
b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS, yaitu:
· PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/ gedung parkir.
· PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam RS.
· PKRS di kantin/warung-warung/kios-kios yang ada di kawasan RS
· PKRS di tempat ibadah yang tersedia di sekitar RS
· PKRS di pagar pembatas kawasan RS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar